Pencemaran laut merupakan tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya kelautan di Indonesia. Dampak dari pencemaran laut tidak hanya berdampak pada lingkungan laut itu sendiri, tetapi juga pada kehidupan manusia yang bergantung pada sumber daya kelautan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 80% sampah laut berasal dari daratan, seperti limbah rumah tangga dan industri.
Menurut Dr. Ir. Hendra Yusran Siry, M.Sc., seorang pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor, “Pencemaran laut menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. Dengan semakin meningkatnya aktivitas manusia di sekitar pantai dan perairan laut, risiko pencemaran juga semakin tinggi.”
Salah satu contoh pencemaran laut yang sering terjadi adalah akibat pembuangan limbah industri ke laut tanpa pengolahan yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan sumber daya kelautan. Menurut data Badan Pusat Statistik, sebanyak 70% industri di Indonesia masih membuang limbah langsung ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Menurut Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.Sc., seorang ahli kelautan dari Universitas Hasanuddin, “Pencemaran laut bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah ekonomi dan sosial. Jika sumber daya kelautan tercemar, maka mata pencaharian masyarakat pesisir juga akan terancam.”
Untuk mengatasi masalah pencemaran laut, diperlukan kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah perlu menguatkan regulasi terkait pengelolaan limbah industri, sementara industri harus bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan. Selain itu, masyarakat juga perlu sadar akan pentingnya menjaga kebersihan laut dan tidak membuang sampah sembarangan.
Dengan upaya bersama, diharapkan pencemaran laut dapat diminimalisir dan sumber daya kelautan dapat terjaga untuk generasi mendatang. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.Sc., “Laut adalah sumber kehidupan bagi kita semua. Kita harus menjaga laut agar laut juga dapat menjaga kita.”